Dampak Kekerasan Terhadap Anak

Pontianak, thetanjungpuratimes.comDosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Tanjungpura (Untan) yang berlatarbelakang lulusan Psikologi, Desni Yuniarni M Psi, mengatakan, kekerasan terhadap anak adalah sebuah “lingkaran setan”, artinya apa yang pernah dialami seorang anak tidak menutup kemungkinan maka si anak tersebut akan melakukan hal yang sama.

“Karena kebanyakan pelaku kekerasan adalah korban dari kekerasan tersebut,” ungkap Desni.

Menurut Desni, saat menerima kekerasan dampak yang ditimbulkan berbeda-beda, tergantung pada setiap pemahaman anak tersebut, ada anak yang ketika mendapat kekerasan  malah menjadi makin membangkang dan liar dan ada juga anak yang ketika mendapat perlakuan kasar malah menjadi murung, menutup diri dan trauma.

“Dampak terburuk yang terjadi adalah anak akan menganggap perlakuan kasar yang didapatnya adalah suatu bentuk kasih sayang, yang menyebabkan ketika dia besar dia akan selalu ingin mendapatkan atau melakukan hal yang kasar agar dirinya merasa senang bahkan bisa sampai mengalami gangguan kepribadian,” ujar Desni.

Lebih lanjut kata Desni, dampak yang dialami oleh setiap anak inilah yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku anak dikemudian hari, apa yang pernah mereka alami pada masa kecil secara sadar atau pun tidak akan mereka ingat dan membuat mereka suatu saat mungkin akan melakukan hal yang sama, seperti yang dia alami terhadap orang lain.

“Hal inilah yang disebut lingkaran setan, karena kejadian yang pernah dialami seorang anak suatu saat akan dilakukan terhadap orang lain, hal inilah yang harus diputus, dan untuk memutus hal tersebut maka kekerasan terhadap anak harus dihentikan, karena perkembangan manusia ditentukan dari perkembangan otak di masa kecilnya,” ucapnya.

Desni menguraikan, dampak ketika seseorang ataupun orangtua melakukan kekerasan terhadap anak, baik itu secara verbal ataupun non verbal, maka akan dirasakan langsung pada susunan sel otak anak.

Desni Yuniarni menjelaskan, kekerasan secara umum ada dua, yaitu kekerasan verbal dan kekerasan non verbal. Kekerasan verbal adalah kekerasan yang terjadi lewat perkataan, seperti cacian, makian, hinaan dan ancaman. Sedangkan kekerasan non verbal adalah kekerasan yang terjadi secara fisik. Kedua tindakan tersebut sangat tidak baik untuk perkembangan anak, terutama untuk anak usia dini.

“Banyak teori yang mengatakan, bahwa ketika kita membentak anak saja, itu ratusan bahkan milyaran sel pada otak terputus dan sel tersebut tidak dapat tersambung lagi,” jelas Desni.

Kekerasan yang terjadi di lingkungan keluarga, kata Desni, dipicu oleh banyaknya tekanan kerja dan tuntutan ekonomi, yang membuat orangtua menjadi mudah emosional dan stress yang akhirnya melakukan kekerasan terhadap anak.

Walaupun demikian, menurutnya, orangtua tidak selayaknya melakukan kekerasan terhadap anak, karena nantinya akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi perkembangan anak.

Desni menjelaskan, walaupun dampak yang terjadi berbeda-beda, namun satu hal yang pasti terjadi adalah setiap perlakuan kekerasan yang didapat oleh anak, itu akan terekam ke alam bawah sadarnya, hal inilah yang menyebabkan tidak menutup kemungkinan anak tersebut meniru perilaku kekerasan tersebut.

 

Desni Yuniarni, M Psi

Dosen Psikologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura

 

(Matilda/Muhammad)

Tinggalkan Balasan