Kemenristekdikti Kirim 13 Tim Immerson Program ke 8 Negara
JAKARTA – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) melaksanakan Launching Immerson Program untuk Riset-Pro (Research And Innovation in Science and Technology Program) komponen 2 di Hotel Century Jakarta, Jumat (14/10). Peluncuran Progam Magang Riset-Pro komponen 2 ini ditandai dengan penandatanganan kontrak yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (Dirjen SDID) Kemenristekdiki Ali Gufron dengan para peserta magang. Penandatanganan kontrak tersebut disaksikan oleh Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan (Dirjen Risbang) Muhammad Dimyati.
Dalam sambutannya, Muhammad Dimyati mengatakan, pada program magang tahun 2016 ini, Ditjen Penguatan Risbang Kemenristekdikti memberangkatkan 13 tim peserta magang. Ke 13 tim magang itu terbagi dalam 8 bidang fokus Nasional, yaitu Kesehatan, Pangan, material maju, Teknologi Informasi , Energi, Maritim, Mitigasi bencana dan Sosial humaniora. Mereka akan mengikuti magang di 8 negara mitra, yaitu Amerika Serikat, Jerman, Spanyol, Swedia, Australia, Jepang, China, dan India. Para peserta yang diberangkatkan berasal dari 5 LPNK di bawah kemenristekdikti yaitu LIPI, BPPT, BATAN, LAPAN, dan Eijkman. Jangka waktu magang riset adalah 1-3 bulan. Output yang dihasilkan nantinya berupa peningkatan TRL, publikasi internasional bersama dg mitra, peningkatan kerjasama, tersertifikasi, peningkatan paten, sertifikasi internasional.
Dimyati berharap, program magang Riset-Pro ini diharapkan bisa menutup lubang dan mempercepat pertumbuhan riset industri. “Para peserta jangan sekedar melaksanakan magang saja, tapi hendaknya dapat dilaksanakan dengan sepenuh hati agar terjadi transfer knowledge,” jelasnya.
Selama mengikuti program magang, lanjut Dimyati, para peserta bisa melihat ekosistem di tempat mitra luar negeri. Sehingga hasilnya bisa menjadi masukan untuk regulator dalam mempercepat pertumbuhan riset industri di Indonesia. “Output dari kegiatan ini harus menjadi pendukung lahirnya kebijakan-kebijakan yang lebih berpihak pada penguatan riset industri dan inovasi,” tambah Dimyati.
Dalam kesempatan ini, Dirjen SDID Ali Gufron juga memberikan pesan penting kepada para peserta magang. Ali Gufron berharap, para peserta mau mempelajari benar kebijakan dan kinerja peneliti di negara tujuan. Salah satu contohnya di Belgia, ternyata disana dapat dikembangkan beras jenis baru yang diadopsi dari daerah Bantul. “Padahal, warga Belgia tidak mengkonsumsi beras, tapi juga berupaya ingin mengembangkan beras. Indonesia sendiri, yang makanan pokoknya beras, malah masih mengimpor beras,” papar Ali Gufron.
Ali Gufron juga berharap, agar para peserta magang mampu menyusun tulisan tentang hasil inovasinya di jurnal-jurnal internasional. “Ricard, seorang editor jurnal internasional, yang datang ke Indonesia sempat terheran-heran, Indonesia itu kaya, begitu banyak bahan yang dapat ditulis di jurnal internasional. Tapi hal itu belum banyak yang ditulis di jurnal internasional. Sehingga dunia belum banyak tahu tentang Indonesia,” jelasnya.
Karena itu, Ali Gufron berharap agar para peserta magang juga menyiapkan draft tulisan tentang hasil inovasi para peserta untuk dikirmkan ke jurnal internasional. “Indonesia ini punya potensi. Tapi itu tadi, potensi harus ada aksi. Dan realitas memerlukan kompetensi. Jadi, dalam program magang ini para peserta harus bias meningkatkan kompetensi,” tambah Ali Gufron. (SUT)