Ristekdikti-MTIC Award 2017 : Berdayakan Kekayaan Alam Hayati
CIKARANG – Ristekdikti-MTIC Award 2017. Martha Tilaar Innovation Centre (MTIC) merupakan pusat penelitian, pengembangan, kreasi, dan inovasi bahan baku alami. MTIC memadukan kearifan budaya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menciptakan produk- produk inovasi.
Ristekdikti-MTIC Award 2017 : Berdayakan Kekayaan Alam Hayati
Pada umumnya pihak industri tidak memiliki sarana dan prasarana penelitian yang memadai sehingga kebanyakan produksi yang dihasilkan bukanlah hasil dari satu penelitian. Sementara itu, para peneliti dari Perguruan Tinggi atau dari lembaga-lembaga penelitian dengan fasilitas yang cukup baik, kurang memahami keinginan konsumen dan kurang berorientasi ke pasar. Penelitian mereka biasanya hanya berhenti pada skala laboratorium.
Untuk menjembatani hal tersebut, Martha Tilaar Innovation Centre (MTIC) bekerjasama dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mengadakan Ristekdikti-MTIC Award. MTIC Awards merupakan penghargaan yang diberikan PT Martina Berto Tbk kepada para peneliti pengembangan bahan herbal untuk produk kesehatan dan kecantikan. Ajang itu digelar lima tahun sekali sejak 2007. Terdapat dua kategori yang dikompetisikan pada award ini, yaitu kategori umum dan kategori penelitian pengembangan.
Rabu (15/9), di Kampoeng Djamoe Organik Martha Tilaar Cikarang resmi diluncurkan Ristekdikti-MTIC Award 2017 oleh Menristekdikti didampingi oleh Direktur Jenderal Penguatan Inovasi Jumain Appe, Direktur Inovasi Industri, dan Direktur BPOM obat asli.
“Besar harapan Martha Tilaar untuk masa depan, semoga Para peneliti dapat memanfaatkan tanaman Obat Kecantikan (OKA) untuk menghasilkan berbagai variasi sehingga mampu meraih produk yang berkualitas,” ujar Martha Tilaar.
Dalam sambutannya, Menteri Nasir mengungkapkan harapannya yang sangat besar pada award ini untuk dapat meningkatkan jumlah peneliti di Indonesia.
“Kita masih kekurangan peneliti, jadi Ristekdikti sangat mendukung siapapun yang mau bekerjasama seperti ini,” ungkapnya. Inovator dan investor memang harus selalu berkolaborasi. Dalam hal ini, Martha Tilaar Group merupakan investor, sedangkan para peneliti adalah inovator, tambah Nasir.
Menurut Nasir, Kementerian Ristekdikti melalui Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi memiliki berbagai program untuk mendorong hilirisasi hasil riset yang dapat dimitrakan dengan dunia industri seperti halnya dengan Martha Tilaar Innovation Center (MTIC). “Sekali lagi, saya melihat kemampuan MTIC dalam manufacturing, teknologi, consumer insight, dan branding, diharapkan dapat semakin memperkuat proses hilirisasi tersebut,” ujarnya.
Pada acara yang dibuka oleh Ibu Martha Tilaar ini juga dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara PT. Martina Berto Tbk dengan Kemenristekdikti tentang penguatan inovasi kesehatan dan obat.
Nasir mengungkapkan bahwa penandatanganan kerjasama merupakan wujud nyata sinergi A-B-G-C yang terbangun karena melihat peluang pasar dan kebutuhan bangsa akan obat serta kesiapan infrastruktur dan hasil riset, pengembangan serta inovasi.
“Saya berharap kerjasama ini dapat memadukan pengetahuan tradisional dengan pengobatan modern, sehingga sumberdaya hayati kita terutama tanaman berkhasiat obat, kosmetik, dan aromatik (OKA) yang telah memanfaatkan bahan baku alam untuk perawatan kesehatan dan kecantikan sebagai bagian dari sejarah dan kebudayaan secara turun temurun dapat terus berkembang dan mendunia, sehingga melahirkan brand/ nama Indonesia sebagai salah satu pemilik pengobatan tradisional dan modern yang memanfaatkan sumber kekayaan alam hayati,” imbuhnya. (DZI/WDP)