STS Forum Menyambut Era Society 5.0
JAKARTA – Science and Technology in Society Forum (STS forum) merupakan lembaga nirlaba internasional yang dibentuk pada tahun 2004 di Jepang, yang bertujuan untuk memajukan kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) di dunia, serta mengembangkan jejaring antara pemangku kepentingan iptek dari sektor bisnis, politik, akademisi, pemerintah dan media massa. Setiap tahun STS forum menyelenggarakan pertemuan yang dihadiri sekitar 1200 peserta dari lebih 100 negara. Tahun ini pertemuan STS Forum telah diadakan di Kyoto International Conference Center, Jepang pada tanggal 1-4 Oktober 2016, yang dibuka langsung oleh Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan dihadiri Perdana Menteri Slovenia, Wakil Perdana Menteri Rusia dan 16 orang Menteri terkait Iptek dari negara-negara mitra STS Forum.
Dalam sambutannya, PM Abe menyampaikan bahwa perkembangan iptek yang demikian pesat akan membawa manusia masuk ke dalam era “Society 5.0”, dimana iptek mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh manusia khususnya dalam bidang kesehatan. PM Abe menjelaskan lompatan dalam sejarah manusia dimana masa berburu adalah era “Society 1.0”, dan “Society 2.0” adalah era dimana manusia mulai bertani sedangkan “Society 3.0” adalah era industrialisasi.
“Saat ini kita sedang bersiap-siap meninggalkan era “Society 4.0” yaitu era teknologi informasi menuju “Society 5.0”. “Dalam era Society 5.0 seluruh teknologi penginderaan, robotika, komunikasi, BIG data, dan komputasi awan akan menyatu menjadi solusi untuk berbagai masalah kita yang sebelumnya dianggap tidak dapat terpecahkan,” ujar PM Abe.
Delegasi Indonesia yang hadir pada Forum STS tersebut adalah Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) Muhammad Dimyati yang mewakili Menristekdikti; Kepala BPPT, Unggul Priyanto; dan Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain. Sedangkan Kepala BPPT dan Kepala LIPI masing-masing menjadi pembicara pada sesi tematik “Collaboration among Academia, Industries and Government” dan “Industrial Innovation”.
Delegasi Indonesia pada forum ini bertukar pengalaman dan informasi dengan delegasi negara lain tentang kondisi sektor iptek, inovasi, riset dan pengembangan di Indonesia, khususnya penyusunan Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) dan reformasi regulasi yang dilakukan Kemenristekdikti dalam mewujudkan iklim riset yang kondusif bagi para peneliti.
Di sela-sela forum STS, delegasi Indonesia secara khusus diundang oleh pendiri sekaligus pemimpin STS Forum, Koji Omi untuk membicarakan peluang peningkatan kerjasama antara Jepang dengan Indonesia di bidang Iptek dan inovasi. Pada pertemuan tersebut disepakati untuk menyelenggarakan simposium pada bulan April 2017 di Indonesia yang akan dihadiri oleh para pemangku kepentingan iptek dari kedua negara yang berasal dari sektor pemerintah, akademisi dan industri.
Dimyati dengan antusias bercerita pada forum tersebut suasana diskusi terjadi dengan sangat cair.
“Kalau di Indonesia atau di negara berkembang lain acara sebesar itu pasti diwarnai dengan kesibukan mencari MC, sambutan-sambutan formal, dan sebagainya, uniknya pada acara tersebut dengan peserta sekian ribu orang dari berbagai dunia tidak menggunakan MC. Jadi semuanya dilakukan secara efisien. Intinya, dapat dilihat bahwa pada rapat pun mereka melakukan efisiensi, inovasi,” terangnya.
STS forum menekankan diskusi mengenai hal-hal yang bermanfaat untuk kehidupan manusia dari sudut pandang science dan technology.
Sinergitas antara komponen akademisi bisnis dan pemerintah terlihat pada perkembangan dalam bidang riset artificial intelligent. Yang sekarang ini hampir mewarnai segala sendi kehidupan.
“Sampai ada robot yang bisa diajak berteman oleh orang dewasa. Dan bahkan dijadikan intimate friends. Atau mobil tanpa supir dan itu hasilnya nanti akan didemonstrasikan besar-besaran pada saat Olimpiade Jepang.
Namun permasalahannya adalah perlu pembahasan lebih lanjut mengenai aspek etika dan tanggung jawab dari berbagai inovasi tersebut. Lalu apa yang dibutuhkan? Tahun depan untuk itu kira harus menyiapkan hal-hal yang berhubungan dengan manajerial digital,” tambah Dimyati.
Kedepannya, Dimyati menyampaikan keinginannya untuk mengirimkan peneliti muda kesana (STS Forum) untuk mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan para pemenang nobel dari seluruh dunia.